Klenteng ini dikenal
masyarakat Semarang dan sekitarnya dengan nama Klenteng Gedong Batu. Namun
masyarakat luas lebih mengenalnya dengan nama Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng
ini memang dibangun oleh Sam Poo Kong atau Sam Poo Tay Djien dalam kunjungannya
ke Semarang pada masa lalu. Orang Jawa Tengah sendiri lebih mengenal Sam Poo
Tay Djien sebagai Laksamana Cheng Ho.
Konon, waktu
Laksamana Cheng Ho lewat disekitar laut Jawa (utara Semarang sekarang ) sekitar
tahun 1400, banyak anak buah kapalnya yang jatuh sakit. Untuk itu beliau
memerintahkan untuk membuang jangkar di pantai terdekat. Ditempat itulah beliau
menemukan gua batu. Dulu gua tersebut ada di pinggir pantai, namun sekarang berada
di tengah kota karena pendangkalan pantai selama ratusan tahun. Di gua tersebut
Laksamana Cheng Ho sering bersembahyang dan bermeditasi.
Masyarakat Semarang
menyebutnya Gedong Batu karena pada
awalnya ditempat tersebut adalah gua besar pada sebuah bukit batu ( Gedong =
bangunan, Batu = batu ) . Bentuknya mirip bangunan arsitektur Tiongkok , mirip
klenteng. Pada lokasi gua tersebut dibangun tempat untuk tempat bersembahyang
dan tempat ziarah bagi sebagai Laksamana Cheng Ho. Pada gua batu tersebut dibuat
sebuah altar dan patung – patung Sam Poo Tay Djien.
Sekarang gua aslinya sudah longsor pada tahun 1724 masehi.
Setelah
Laksamana Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, banyak awak kapalnya yang
akhirnya menetap di daerah gua tersebut ( sekarang daerah Simongan Semarang) dan
menikah dengan penduduk setempat. Sebelum meninggalkan awalnya ditempat
tersebut, beliau mengajarkan cara bercocok tanam pada awaknya.
Klenteng yang berada di daerah Simongan ini dapat ditempuh sekitar 10 menit dari Simpanglima Semarang dengan menggunakan kendaraan umum taksi atau sekitar 20 menit dengan angkutan perkotaan. Jaraknya cukup dekat, hanya 3 kilometer dari lapangan Pancasila Simpanglima. Menurut beberapa sumber, gua batu tersebut diatas merupakan tempat persinggahan atau pendaratan pertama Laksamana Zheng He atau Cheng Ho.
Salah satu bangunan ber-arsitektur Tiongkok
Klenteng yang berada di daerah Simongan ini dapat ditempuh sekitar 10 menit dari Simpanglima Semarang dengan menggunakan kendaraan umum taksi atau sekitar 20 menit dengan angkutan perkotaan. Jaraknya cukup dekat, hanya 3 kilometer dari lapangan Pancasila Simpanglima. Menurut beberapa sumber, gua batu tersebut diatas merupakan tempat persinggahan atau pendaratan pertama Laksamana Zheng He atau Cheng Ho.
Di klenteng yang dikelilingi
oleh pohon yang sejuk ini juga terdapat makam Juru Mudi Kapal Laksamana Cheng
Ho yang dikenal dengan nama Kyai Juru Mudi. Di dalam klenteng itu sendiri ada
patung Laksamana Cheng Ho yang berlapis emas. Sedangkan di dindingnya terdapat
relief perjalanan Cheng Ho, utamanya persinggahannya di Pulau Jawa.
Suasana sejuk dan teduh di sekitar Klenteng Sam Poo Kong
Dalam kompleks klenteng yang
telah direnovasi tahun 2002 dan 2005 ini ada satu klenteng besar dan dua
bangunan untuk sembahyang yang kecil. Tempat sembahyang itu disebut klenteng
Thao Tee Kong yang diperuntukkan bagi Dewa Bumi.
Ada pula tempat yang
dinamakan tempat Kyai Jangkar yang berisi jangkar kapal asli milik Laksamana
Cheng Ho. Disini biasanya dipergunakan untuk mendoakan arwah yang tidak
bersanak keluarga yang belum mendapat tempat dialam baka atau disebut arwah Ho
Ping.
Tidak semua tempat boleh
dikunjungi oleh para wisatawan yang masuk dengan biaya 3000 rupiah per orang
ini. Ada beberapa tempat yang hanya diperbolehkan dikunjungi wisatawan.
Namun pemandangan disana
tetap saja sayang dilewatkan. Sangat menarik. Kalau kita memasuki kawasan ini,
serasa berada di negeri Tiongkok. Banyak bangunan dan patung khas negeri
Tiongkok yang bisa kita temui disini. Ada area luas didepan kantin klenteng
yang sangat teduh. Sangat pas untuk melepas lelah. Membuat kita makin nyaman
disana. Tidak heran klenteng yang telah dipugar dengan biaya 20 miliar rupiah
ini menjadi tujuan wisata dari turis manca negara.
Istri, anak dan beberapa saudara dari Bandung yang berfoto di depan patung Cheng Ho terbesar di dunia.
Sangat rugi kalau belum
pernah berkunjung kesana.
Yang menjadikan tempat khas
tidak itu saja, tapi di dalam area klenteng dengan patung Cheng Ho terbesar
didunia ini terdapat mushola yang bisa dipergunakan untuk bersembahyang umat
muslim.
Mushola dalam kompleks Klenteng Sam Poo Kong
Dihalamannya terdapat banyak
bangunan menarik dengan sejumlah patung yang menarik dengan ukuran besar.
Mungkin patung patung seperti ini hanya ada disini. Rugi besar kalau tidak
kesana. Apalagi saat ada perayaan Cheng Ho. Waaahh. Banyak kesenian daerah
ditampilkan disana. Termasuk tarian daerah Jawa Tengah dan Barongsai.
Perayaan Cheng Ho ini biasanya digelar pada bulan Agustus. Ada banyak hal yang bisa kita nikmati disana selain tari-tarian. Ada bazar, ada arak-arakan. Pada perayaan ini kita bisa menemui banyak wisatawan dari Tiongkok yang berziarah kesana. Tapi tidak hanya wisatawan dari Tiongkok saja, banyak juga pelancong dari Amerika, Rusia dan negara di Amerika Latin.
Patung patung khas Tiongkok
Perayaan Cheng Ho ini biasanya digelar pada bulan Agustus. Ada banyak hal yang bisa kita nikmati disana selain tari-tarian. Ada bazar, ada arak-arakan. Pada perayaan ini kita bisa menemui banyak wisatawan dari Tiongkok yang berziarah kesana. Tapi tidak hanya wisatawan dari Tiongkok saja, banyak juga pelancong dari Amerika, Rusia dan negara di Amerika Latin.
Sumber :
Brosur
terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
Brosur
terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang
Cerita
dari beberapa kenalan.
wikipedia
sukses mas buat jalan-jalannya mantap...
ReplyDeleteMakasihhh ya. Keep blogging .. Hehehehe
Delete